Launching Buku Siasat Dari Pulau “Konservasi melalui Tata Kelola Gurita”

MAKASSAR – Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia meluncurkan buku dengan judul Siasat Dari Pulau “Konservasi melalui Tata Kelola Gurita di Pulau Langkai dan Lanjukang” di Hotel Aston, Makassar Senin 24/10/2022.

Buku ini merangkum berbagai cerita dari pelaksanaan program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) yang didukung oleh  Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia.

“Tidak hanya cerita sukses, namun juga berbagai dinamika yang ada selama berlangsungnya program bersama dengan masyarakat selama 1,5 tahun,” ujar Program Manager YKL Indonesia Alief Fachrul Raazy.

Fahri panggilan akrab Alief Fachrul Raazy menjelaskan judul buku Siasat dari Pulau, ingin menghadirkan pemahaman bahwa program PROTEKSI GAMA tak lebih dari sebuah siasat dalam pengertian positif, dari masyarakat pulau untuk berdaya dan mempertahankan eksistensi perairan mereka dari berbagai ancaman destruktif, baik itu bom, ikan, cantrang dan ancaman lainnya.

“Siasat ini lahir dari sebuah kesadaran bahwa laut sebagai sumber pencaharian mereka hanya akan bisa eksis memenuhi kebutuhan ekonomi mereka jika terjaga dengan baik,” jelas Fahri.

“Dalam buku ini terdapat lima 5 sub tema. Pertama, kolaborasi yang berbuah kesepakatan di Langkai dan Lanjukang. Lalu, mengapa gurita, proses program, tentang gurita di Langkai dan Lanjukang serta yang kelima adalah perlindungan spesies kunci,” lanjut Fahri.

Alief Fachrul Raazy saat memberikan penjelasan terkait isi Buku Siasat dari Pulau

Fahri menyatakan, buku ini diharapkan menjadi inspirasi bagaimana peta jalan masyarakat di kedua pulau untuk mempertahankan keberadaan perairan mereka yang kaya sumberdaya ikan.

“Teman-teman di pulau sudah banyak yang sadar bahwa aktivitas destruktif telah berkurang dan mengajak teman-teman lainnya untuk kembali ke pulau. Sebab ini akan berdampak pada ekonomi mereka,” ucapnya.

Dalam launching buku ini turut dilakukan Diskusi Publik dengan tema “Bersama Menguatkan Tata Kelola Perikanan Gurita Di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar.

Hadir sebagai narasumber Asisten Operasi Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VI, Kolonel (Laut) Ahmad Muharam, akdemisi dan antropolog maritim Unhas, Prof Munsi Lampe, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Andi Agung dan Direktur Eksekutif Asosiasi Demersal Indonesia (ADI), M. Mukhlis Kamal. Selain itu, ada pameran poster berupa rekaman pelaksanaan program.

Andi Agung, menyatakan mendukung apa yang telah dilakukan YKL Indonesia melalui sistem buka-tutup ini, meski ia berharap dalam setiap kegiatan selalu berkoordinasi dengan dinas. Ia juga berharap agar program-program perikanan kecil berkelanjutan tidak hanya dilakukan di Makassar, tetapi juga di daerah lain yang memiliki potensi perairan yang lebih besar.

“Jangan karena Makassar dianggap dekat sehingga semua kegiatan dilaksanakan di sini, padahal banyak daerah-daerah lain yang perlu mendapat pendampingan, seperti Pangkep atau Selayar yang memiliki tantangan pengelolaan perikanan yang tak kalah besarnya,” katanya.

Dukungan yang sama disampaikan Guru besar antropologi maritim Unhas, Prof Munsi Lampe. Kata dia, berbagai upaya untuk perlindungan kawasan laut melalui pembatasan-pembatasan telah banyak dilakukan, misalnya sasi di Papua dan Maluku, dan awik-awik di Bali dan Nusa Tenggara.

Lurah Barrang Caddi memyampaikan pendapat saat sesi diskusi

“Sepanjang pengetahuan saya, upaya pembatasan seperti ini jarang dilakukan oleh masyarakat Bugis-Makassar. Sehingga ketika muncul inisiatif untuk melakukannya maka akan sangat menarik dan perlu untuk direalisasikan,” ujar Prof Munsi.

Menurutnya, penerapan sistem buka-tutup yang dilakukan di Pulau Langkai dan Lanjukang adalah program yang sangat bagus, yang jika berhasil maka akan diikuti oleh nelayan-nelayan di pulau lain. Tanpa diminta pun masyarakat akan mau terlibat karena dinilai berdampak positif bagi penghidupan mereka.

“Hanya saja, jika ingin program ini berhasil dan berkelanjutan maka harus ada dukungan berbagai pihak, khususnya dari pemerintah melalui aturan atau regulasi. Keberadaan aturan ini akan memberi daya paksa agar masyarakat bisa taat pada aturan yang ada,” harap Prof Munsi.

Kolonel (Laut) Ahmad Muharam, dalam paparannya menjelaskan berbagai program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan Lantamal VI, salah satunya menjaga keamanan laut, termasuk dari ancaman destructive fishing.

“Sejumlah tantangan yang dihadapi antara lain jangkauan pengawasan laut yang sangat luas dengan infrastruktur terbatas, serta kurang tersosialisasinya aturan-aturan terkait laut serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya menjaga laut,” katanya.

Berita Terkait

Scroll to top