Bersama-sama Masyarakat Pulau Langkai dan Lanjukang Menyusun Profil Perikanan Gurita

MAKASSAR – Pelaksanaan Program Peningkatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) di Pulau Langkai dan Lanjukang, Kota Makassar yang dilaksanakan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, atas dukungan Burung Indonesia dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) diawali dengan penyusunan profil perikanan gurita.

Penyusunan profil dilakukan secara partisipatif pada 1 – 8 Juni 2021 ini bertujuan untuk mendapatkan baseline data dan  informasi awal mengenai kondisi perikanan gurita skala kecil di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang sebelum adanya intervensi program.

“Kami memfasilitasi masyarakat untuk memetakan sendiri wilayah tangkapnya, menggambarkan profil perikanannya, dan mendata tutupan terumbu karang di wilayahnya. Selanjutnya, tim YKL Indonesia menyusun profil perikanan yang berisi tentang potensi, peluang dan tantangan perikanan gurita skala kecil di Pulau Langkai dan Lanjukang,” ujar Alief Fachrul Raazy, Project Coordinator PROTEKSI GAMA.

Penyusunan Kalender Musim Penangkapan Gurita di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar

Pengumpulan data melibatkan 30 orang warga kedua pulau, laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari unsur nelayan, pemerintahan setempat, tokoh masyarakat  dan sebagainya. Data yang dikumpulkan ini kemudian digunakan untuk membantu masyarakat dalam mendeskripsikan kondisi terkini perikanan gurita di wilayahnya.

“Kami gunakan metode Participatory Rural Appraisal atau PRA dalam bentuk FGD dan wawancara mendalam. Fokusnya, pemetaan partisipatif lokasi penangkapan, kalender musim penangkapan, alur sejarah penangkapan, analisa trend atau kecenderungan penangkapan dan analisa kegiatan dan kebutuhan sehari-hari nelayan,” kata Fahri sapaan akrab Alief Fachrul Raazy.

Selain PRA, kata Fahri dilakukan wawancara mendalam terkait kondisi pengelolaan perikanan gurita untuk menggali informasi dasar kondisi perikanan gurita baik kondisi sosial, ekonomi dan aspek-aspek kunci pendukung pengelolaan.

Pemetaan Partisipaitf Lokasi Penangkapan di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar

Selanjutnya, pendataan tutupan terumbu karang menggunakan metode RRA (Rapid Reef Assessment) dengan melakukan snorkeling pada area 10 x 10 meter di beberapa titik survei dengan melibatkan masyarakat.

“Dengan keikutsertaan masyarakat mereka bisa mengetahui kondisi terumbu karang di sekitar pulau dan memahami perannya sebagai habitat penting bagi gurita,” jelas Fahri.

Berdasarkan hasil survei tutupan karang, di Pulau Langkai, persentase tutupan karang hidup rata-rata 20 persen, sementara di Pulau Lanjukang sebesar 20-55 persen. Berdasarkan kriteria baku tutupan lahan yang diatur dalam Kepmen LH No. 4/2001, hasil tersebut termasuk kategori rusak ringan.

Monitoring Kondisi Tutupan Karang di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar

Ramil nelayan Pulau Langkai menyampaikan sangat senang karena dilibatkan secara penuh dalam penyusunan profil ini. Kata dia, sangat banyak pengetahuan baru yang didapatkan.

“Banyak hal yang sebenarnya kami lakukan dan lihat sehari-hari. Sebelumnya kami sudah tau kalau kondisi laut khususnya terumbu karang sudah semakin rusak, tapi tidak tau angkanya berapa. Ini kami diajak langsung mengukur dan tau hasilnya,” ujar Ramil.

Ia berharap, dengan adanya profil perikanan gurita ini dapat menjadi bahan dalam meningkatkan kelestarian laut di Pulau Langkai dan Lanjukang serta memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.

Berita Terkait

Scroll to top