Mendorong Keberlanjutan Sistem Buka Tutup Gurita di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai

MAKASSAR – Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia telah berkomitmen menginisiasi sebuah upaya pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan. Tepatnya di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai, Makassar.

Selama 2,5 tahun bersama bersama dengan Critical Ecosystem Partnership Fund( CEPF) dan Burung Indonesia menginisiasi Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA).

Gurita menjadi komoditi yang dipilih oleh YKL Indonesia lantaran pemanfaatan sumberdaya perikanan oleh nelayan skala kecil di Kepulauan Spermonde sendiri telah dilakukan sejak lama. Gurita juga telah menjadi salah satu sumber daya ikan yang memiliki potensi besar dan berkontribusi positif terhadap perekonomian nelayan.

Volume ekspor gurita di Sulawesi Selatan sendiri selama pada tahun 2017 dalam rentang Januari sampai September mencapai 1.720 ton. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 899,7 ton.

Dari pendataan yang dilakukan oleh YKL Indonesia dari rentang Juli 2021 hingga September 2023 mencapai 24.293,08 kg. Berat tangkapannya sendiri rata-rata 0,5-18,6 kg.

Adapun jika rupiahkan, totalnya 1,4 miliar rupiah lebih, tepatnya Rp. 1.421.780.480. Hingga saat ini, terdapat 4 lokasi penutupan gurita yang diterapkan oleh nelayan.

Alief Fachrul Raazy, Program Manajer YKL Indonesia menjelaskan kegiatan ini berjalan dengan pelibatan aktif masyarakat di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai. Selain itu tata kelola sistem buka tutup juga melibatkan berbagai stakeholder yang terkait untuk mendukung upaya nelayan menjaga sumber daya lautnya secara berkelanjutan.

“Untuk tata kelola sendiri, kami mendukung upaya inisiatif masyarakat untuk tata kelola di wilayahnya. Perlu adanya kesepahaman bahwa tata kelola ini berbasis masyarakat dan tentunya seluruh pihak bisa mendukung ini,” ujarnya dalam Seminar Jaga Laut, Jaga Kehidupan: Kolaborasi Penguatan Tata Kelola Wilayah Laut Berbasis Masyarakat pada Rabu, 25 Oktober 2023.

“Melibatkan seluruh elemen masyarakat di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai. YKL Indonesia tdk hanya memfasilitasi saja, juga akademisi diajak untuk memberikan gambaran gurita ke nelayan,” tambahnya.

Tantangan Konservasi
Rijal Idrus, akademisi Universitas Hasanuddin menjelaskan jika apa yang dilakukan dalam program YKL Indonesia di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai sebagai bagian dari konservasi. Ia menyebut jika konservasi itu konservasi itu merupakan upaya melindungi sekaligus memanfaatkan.

“Konservasi hadir agar dapat menimbangkan pemanfaatan dan perlindungan stok. Ide dari kawasan konservasi itu stok akan tumbuh dengan subur dan akhirnya sangat padat. Di wilayah yang tidak diproteksi orang bisa memanfaatkan,” ujarnya.

Menurutnya, terdapat 3 strategi tata untuk memproteksi yakni membatasi output dengan memberikan jatah berapa yang dapat ditangkap. Lalu membatasi alat seperti tidak menggunakan alat skala besar. Terakhir dengan mengatur akses melalui sistem buka tutup.

“Manfaat yang tidak nyata menjadi tantangan utamanya untuk meyakinkan masyarakat. Kualitas lingkungan sangat tergantung dari kedisiplinan masyarakat dalam melakukan konservasi laut,” jelas Idrus, yang merupakan ahli konservasi sumber daya hayati laut.

Pada seminar tersebut, Alief juga menyampaikan perlunya riset lebih lanjut untuk semakin memperkuat upaya yang telah dikerjakan oleh nelayan di Pulau Lanjukang dan Pulau Langkai. Menurutnya, riset lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan dampak-dampak yang ditimbulkan dari sistem buka tutup gurita yang diterapkan.

“Ada beberapa yang perlu diperkuat, bagaimana melibatkan dan mendorong aktivitas riset dari segi ekologi, sosial dan ekonomi yang menunjang tata kelola perikanan secara berkelanjutan. Melibatkan dan mendorong aktif aktivitas riset dari segi kebijakan,” ujarnya.

Apresiasi Program PROTEKSI GAMA

Sistem buka tutup gurita yang telah berjalan mendapat apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya datang dari Burung Indonesia.

Jihad, Program Officer untuk wilayah Sulsel-Sultra Program Wallacea menjelaskan jika apa yang telah dilakukan oleh YKL Indonesia bersama para nelayan dapat menjadi contoh yang dapat diterapkan di tempat lain.

“Capaian yang dicapai YKL Indonesia salah satu yang baik. Kami berharap dampaknya bisa menjadi model yang dapat direplikasi di tempat-tempat lainnya. Salah satu best practice dan dapat diadopsi dari berbagai pihak,” ujarnya.

Ia juga terus mendorong masyarakat agar tetap mempertahankan apa yang telah dilakukan serta mengajak berbagai pihak untuk mendukung upaya nelayan dalam sistem buka tutup yang telah dilakukan.

“Kami percaya kegiatan tidak bisa lepas dari masyarakat tapak. Penting juga bagaimana melibatkan private sektor dalam tata kelola pesisir dan laut,” terangnya.

Apresiasi juga datang dari salah satu nelayan Pulau Lanjukang. Jala, yang sebagai Ketua Pokmaswas di Pulau Lanjukang mengungkap jika dengan adanya program ini berdampak terhadap hasil tangkapan gurita yang lebih baik.

“Gurita bertambah nilai timbangannya, manfaat tentang gurita banyak daripada sebelumnya,” ujarnya.

Bukan hanya terkait gurita saja yang didapatkan oleh nelayan, melainkan juga menurutnya adalah pengetahuan terkait dengan terumbu karang dan cara melindungi biota laut.

“Kami mendapatkan banyak pembelajaran tentang karang, aktivitas kami mengurangi melakukan bom dan bius,” tambahnya.

Perlindungan biota laut juga sejalan dengan capaian yang diharapkan oleh YKL Indonesia melalui program ini. Terlindunginya ekosistem terumbu karang, termasuk terlindunginya biota laut penting lainnya di wilayah Kepulauan Spermonde khususnya di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang.

Berita Terkait

Scroll to top